Profil KKB Anyelir V

Foto saya
Nagrak Selatan Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, Indonesia
Kampung KB Anyelir V beralamat di Kp. Ciater RT 04 RW 05 Desa Nagrak Selatan Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi. Dibentuk dalam rangka Mewujudkan Keluarga Berkualitas menuju Masyarakat Tumbuh Mapan dan Berkembang

Senin, 30 Mei 2022

PENGURUS KAMPUNG KB ANYELIR V IKUTI SOSIALISASI DASHAT

 


Admin,(31/5/2022)

 

UPTD Pengendalian Penduduk Wilayah Nagrak dalam upaya penurunan kasus stunting melaksanakan sosialisasi kegiatan Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT). Kegiatan Sosialisasi DASHAT ini dilaksanakan pada Selasa (31/05/2022) yang berlokasi di Aula Balai Desa Balekambang Kecamatan Nagrak.

Perwakilan pengurus Kampung KB Anyelir V yang diwakili oleh Olis Lisnawati selaku Sekretaris dan Ermaningsih selaku Pembina sekaligus PLKB/PKB turut hadir dalam kegiatan tersebut. Pengurus Kampung KB Anyelir V menyadari bahwa Kampung KB menjadi basis pengembangan DASHAT dengan mendasarkan pada realita bahwa di Kampung KB sistem pengelolaan kegiatan terutama yang terkait dengan program Bangga Kencana umumnya telah berjalan dengan baik. Adanya Kelompok Kerja (Pokja) dan Kelompok Kegiatan (Pokgi) serta keberadaan kader BKB, BKR, BKL. UPPKS, dan PIK Remaja menjadi jaminan bahwa DASHAT yang akan dijalankan berjalan dengan baik. Apalagi keterlibatan lintas sektor di Kampung KB cukup baik,  ditambah dengan dukungan tokoh formal dan non formal, pemuda dan PKK yang dapat diandalkan.

DASHAT diperlukan keberadaannya karena saat ini di Indonesia setidaknya  ada 8 juta balita yang tidak dapat tumbuh secara optimal. Yang artinya 1 dari 3 anak di Indonesia mengalami stunting. Stunting sendiri disebabkan oleh faktor multi dimensi di antaranya: (1) Praktik pengasuhan yang tidak baik, (2) Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care, Post Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas, (3) Kurangnya akses ke makanan bergizi, (4) Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.

Yang menjadi persoalan, stunting tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak, tetapi juga berdampak pada psikologis anak. Dalam beberapa penelitian mengenai stunting dan efeknya pada kondisi psikologis, yang mencuat paling banyak adalah anak dengan stunting memiliki risiko perkembangan kognitif, motorik, dan verbal yang kurang optimal. Perkembangan yang kurang optimal tersebut berdampak pada kapasitas belajar dan prestasi belajar di sekolah pun menjadi kurang optimal. Kapasitas belajar anak yang tidak optimal dan menurunnya performa pada masa sekolah, dapat menyebabkan produktivitas dan kinerja saat anak dewasa juga tidak optimal

Secara umum DASHAT diartikan sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting (catin, bumil, busui, baduta/balita stunting terutama dari keluarga kurang mampu), melalui pemanfaatan sumberdaya lokal (termasuk bahan pangan lokal) yang dapat dipadukan dengan sumberdaya/kontribusi dari mitra lainnya.

Salah satu upaya perbaikan gizi adalah melalui edukasi dan perbaikan konsumsi pangan ibu hamil, menyusui dan balita dari berbagai pangan yang tersedia, bergizi dan terjangkau dengan cita rasa yang sesuai dengan selera mereka. Indonesia kaya akan sumber daya pangan yang diproduksi, diperjualbelikan dan tersedia di indonesia, yang sering  disebut sebagai pangan lokal indonesia  atau pangan nusantara.

Tujuan pengembangan DASHAT secara umum  adalah meningkatkan kualitas gizi masyarakat,  dalam rangka mempercepat upaya  penurunan stunting melalui  pendekatan konvergensi Kampung KB  di tingkat desa/kelurahan. Sementara secara khusus, DASHAT dikembangkan dalam rangka : (1) Sediakan pangan sehat dan  bergizi, (2) Memunculkan kelompok usaha  keluarga/masyarakat lokal yang  berkelanjutan, (3) Tingkatkan keterampilan  kelompok  usaha keluarga/masyarakat, (4) Olah, distribusikan dan  pasarkan makanan bergizi  seimbang, (5) Berdayakan ekonomi  masyarakatberbasis sumber  daya lokal, (6) KIE gizi dan pelatihan kepada  keluarga risiko stunting.

Hasil yang diharapkan dengan keberadaan DASHAT selain terpenuhinya kebutuhan  gizi anak stunting,  bumil/busui dan keluarga  risiko stunting, juga diperolehnya pengetahuan dan  keterampilan penyiapan pangan  sehat dan bergizi berbasis  sumber daya lokal. Selain itu meningkatnya kesejahteraan  keluarga, melalui  keterlibatannya dalam kelompok  usaha keluarga/masyarakat yang  berkelanjutan.

Kegiatan DASHAT ini dirancang dalam tiga permodelan, yaitu, “model sosial, pemberdayaan  masyarakat untuk penyediaan makanan padat gizi dengan bahan lokal yang sebagian besar kegiatan berupa pemberian makan gratis kepada kelompok sasaran (ibu hamil, ibu menyusui dan anak baduta,; Model Komersial yaitu pemberdayaan masyarakat untuk penyediaan makanan padat gizi dengan bahan lokal yang diperuntukan bagi masyarakat umum dengan metode penjualan dan penguatan KIE tentang makanan sehat. “Model Kombinasi yaitu pemberdayaan masyarakat untuk menyediakan makanan padat gizi dengan bahan lokal yang diperuntukan bagi pemenuhan gizi kelompok sasaran serta masyarakat umum dengan metode penjualan.

DASHAT Model sosial, cocok diterapkan pada Kampung KB dengan karakteristik kesejahteraan masyarakat rendah, kasus stunting tinggi dan akses sumber pangan rendah. Sementara untuk model komersial cocok untuk diterapkan pada Kampung KB dengan karakteristik kesejahteraan masyarakat tinggi, kasus stunting rendah dan akses sumber pangan optimal. Sedangkan model kombinasi  antara sosial dan komersial adalah Kampung KB dengan karakteristik kesejahteraan masyarakat baik, kasus stunting sedang dan akses sumber pangan berkembang.

Apapun model kegiatan DASHAT yang dipilih, yang tentu saja disesuaikan dengan kondisi Kampung KB di wilayah masing-masing, tujuan akhirnya adalah mempercepat penurunan kasus stunting. Kegiatan DASHAT ini tentu akan melengkapi upaya yang telah demikian beragam dalam rangka mempercepat penurunan angka stunting  melalui Intervensi Gizi Spesifik yang ditujukan pada anak dalam 1.000 Hari  Pertama Kelahiran (HPK) dan Intervensi Gizi Sensitif yang ditujukan pada masyarakat umum dengan pelibatan lintas sektor dan mitra kerja

Ada lima pemangku kepentingan dalam DASHAT ini antara lain: (1) Masyarakat yakni Keluarga Risiko Stunting dan Masyarakat  Penerima dan Pelaksana DASHAT, (2) Dunia Usaha sebagai pendukung DASHAT dalam hal  donasi natura dan dana,  pendamping dan edukasi  pengelolaan usaha dan gizi, (3) Perguruan Tinggi sebagai pendamping dalam hal  pendidikan gizi kepada  masyarakat dan pengelolaan DASHAT, (4) Kader Penggerak Masyarakat sebagai Penggerak dan Motivator  terlaksananya DASHAT di tingkat  RT/RW/Desa (PKK, PPKBD/Sub,  Kader lainnya), (5) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Petugas sebagai Pembina, Pendamping, Edukator,  dan Regulator pelaksanaan  DASHAT (BKKBN, OPD PPKB,  DINKES, PKB/PLKB, dll).

Tahap kegiatan dalam DASHAT ini mencakup setidaknya 6 tahap. Mulai dari tahap identifikasi dan pemetaan, kemudian tahap perumusan, yang dilanjutkan dengan tahap peningkatan kapasitas melalui pendampingan maupun bimtek. Tahapan selanjutnya adalah tahap produksi dan pengemasan, tahap distribusi dan penjualan serta tahap Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

Sebelum DASHAT dikembangkan di Kampung KB, diperlukan identifikasi masalah dan potensi yang ada, agar ke depannya terjamin kelanncaran dan keberlanjutannya. Identifikasi masalah dan potensi ini setidaknya mencakup empat hal:

Pertama, Kasus Stunting: (1) Manfaatkan semua sumber data yang  ada (PK21, ePPGBM, e-Posyandu, dlll.), (2) Petakan kasus berdasarkan wilayah  (RT/RW, Desa/Kelurahan, (3) Diskusikan dan tentukan kasus stunting berdasarkan penyebab dan rencana tindakannya.

Kedua, Program Kegiatan sejenis: (1) Kenali usaha sejenis dalam radius desa  atau kecamatan, (2) Upayakan kerjasama agar lebih efektif  dan efisien, (3) Bentuk Kerjasama dapat berupa tenaga, sumber pangan, pengemasan, pemasaran, dll.

Ketiga, Tingkat Kesejahteraan: (1) Kenali latar belakang sosial  ekonomi keluarga risiko stunting, (2) Pahami kondisi sosial ekonomi dan budaya wilayah desa  setempat

Keempat, Akses dan Ketersediaan Sumber Pangan: (1) Petakan berbagai potensi sumber pangan  dalam radius desa/kalurahan, kecamatan dan  kab/kota, maupun nasional, berupa  korporasi atau perorangan, (2) Sumber pangan dapat berupa natura dan/atau dana.

Akhirnya terkait dengan anggaran, DASHAT pendanaannya dapat bersumber dari APBN, APBD, APBDes, CSR maupun dana mandiri/gotong royong. Pendanaan ini penting untuk menjamin kegiatan DASHAT dapat berjalan terus dan bermanfaat bagi masyarakat terutama dalam upaya penurunan kasus stunting  khususnya di wilayah Kampung KB Anyelir V Desa Nagrak Selatan. Semua upaya itu tentu akan dapat diwujudkan apabila disertai dengan kerja keras dan doa disertai sikap optimis, disiplin, dan  semangat untuk berjuang dan mengabdi yang tinggi.

-Admin kkb_anyelirv Nagrak Selatan-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

minimum 100 karakter